Senin, 25 April 2011

Apple Kalahkan Nokia


VIVAnews - Apple berhasil menyalip Nokia dan menjadi produsen ponsel dengan pendapatan terbesar di dunia. Demikian riset terbaru Strategy Analytics per kuartal pertama tahun 2011, seperti dikutip dari Cellular News, Sabtu 23 April 2011. Dengan begitu, dalam hal pendapatan, Apple kini resmi menjadi vendor terbesar smartphone dan komputer tablet  di dunia.

"Kami memperkirakan pendapatan kotor Apple untuk divisi handset, khususnya iPhone, tercatat sebesar US$11,9 miliar (setara Rp102,5 triliun) pada kuartal pertama tahun 2011," kata Alex Spektor, salah satu analis senior di Strategy Analytics.

"Apple melampaui Nokia untuk pertama kali, yang mana mengantungi pendapatan lebih kecil sebesar US$9,5 miliar dari total pendapatan grosir," ucap Spektor. "Dengan volume produksi yang besar dan harga grosir yang tetap tinggi, Apple diprediksi akan menggeser posisi Nokia secara keseluruhan dalam waktu kurang dari empat tahun."

Sementara itu, Direktur Strategy Analytics Neil Mawston mengatakan bahwa Apple kini tak hanya menjadi raja ponsel terbesar di dunia saja, tetapi juga di lini smartphone dan komputer tablet. Ekosistem yang dibangun Apple selama ini, meliputi piranti lunak, piranti keras, dan service, terbukti sangat menguntungkan dan kian populer di dunia.

Namun, bagaimanapun 'perang' terus berlanjut. Persaingan semakin kuat. Rival di sekitar Apple harus diwaspadai, terutama komunitas vendor ponsel Android. Di sisi volume, iPhone kemungkinan besar akan "digulung" oleh smartphone-smartphone berbasis OS Android. Pada akhir tahun, penjualan Android diestimasi akan lebih laris ketimbang Apple.

Berikut tabel pendapatan grosir ponsel secara global antara Apple dan Nokia per kuartal I 2011:

Pengapalan ponsel secara global

(Q1 '10)
Pengapalan ponsel secara global

(Q1 '11)
Pendapatan grosir ponsel secara global

(Q1 '10)
Pendapatan grosir ponsel secara global

(Q1 '11)
AppleApple iPhone 48,8 juta unit18,6 juta unitUS$5,3 miliar
(setara Rp45,6 triliun)
US$11,9miliar
(setara Rp102,5 triliun)
NokiaNokia E7107,8 juta unit108,5 juta unitUS$8,9 miliar
(setara Rp76,7 triliun)
US$9,4 miliar
(setara Rp81 triliun)
 
• VIVAnews

Jumat, 08 April 2011

Antivirus ArtaV


Dari lima anak berbakat di bidang IT yang memaparkan karyanya di Aula Timur ITB, Jumat (11/2/2011) siang, duo bersaudara pembuat Program Antivirus Artav, Arrival Dwi Sentosa (13) dan Taufik Aditya Utama (18), mendapat sambutan paling meriah. Mereka digadang-gadang menjadi penampil pertama. Dan saat Artav (Arrival Taufik Antivirus) berhasil menemukan virus lokal bernama Yuyun yang bercokol di flash disk milik seorang panelis, para hadirin spontan berdiri dan menyambutnya dengan tepuk tangan meriah (standing ovation) untuk mereka berdua.

Kesuksesan Taufik dan Rival tidak hanya dibuktikan lewat tes di hadapan lebih dari seratus penonton, tetapi bisa dilihat dari jumlah pengunduh Artav yang hingga Senin (14/2/2011) sore mencapai 300.000 orang dari 60 negara. Bahkan, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar pun berjanji akan membantu proses pengurusan hak paten Artav atas nama keduanya.
Dari segi fitur, aplikasi yang bisa diunduh gratis oleh setiap pengguna internet ini memiliki beberapa keunggulan. Seperti fitur Anti Hacker yang bisa melindungi komputer dari upaya penyusupan, Mail Servis untuk mengidentifikasi dan membersihkan virus yang bersarang di kotak surat, dan Internet Security yang masih dalam tahap pengembangan. Juga ada fitur Scan USB untuk memastikan setiap flash disk yang dicolok ke komputer bebas dari virus.
Bagi Arrival dan Taufik, keberhasilan Artav mendeteksi virus tersebut merupakan buah kerja keras keduanya dalam mengembangkan aplikasi dan membangun database virus selama setahun terakhir. Meksipun berasal dari keluarga sederhana, mereka tidak pernah berhenti mengembangkan program antivirus yang semula diberi nama Eagel Protection.
Virus Bandel
Program antivirus Artav sebenarnya dimulai dari kekesalan dua remaja asal Bojongsoang ini yang setiap hari menemukan virus di komputer milik ayahnya. Mereka tidak habis pikir, mengapa virus-virus itu tidak kunjung teratasi setelah semua program antivirus dicoba. “Sampai akhirnya motherboard rusak. Saya kan kesel,” Rival mengenang awal dimulainya proyek Artav.
Agar komputer tersebut bisa digunakan kembali, siswa kelas II SMP 48 Bandung ini berjibaku mengumpulkan uang bersama kakaknya, Taufik, untuk untuk membeli motherboard baru. Selain uang jajan, mereka juga menyimpan uang jatah Lebaran yang biasanya digunakan untuk membeli baju baru. “Lebaran tahun 2009 kemarin kami terpaksa tidak beli baju baru. Uangnya dipakai buat beli motherboard,” cerita Rival yang diamini Taufik.
Motherboard seharga Rp 450.000 itu akhirnya bisa mereka beli dan komputer sang ayah pun bisa berfungsi kembali.
Akhir Maret 2010, mereka mulai membuat rancangan aplikasi antivirus berbasis Visual Basic dengan fasilitas seadanya. Mereka hanya mengandalkan komputer milik ayahnya yang sehari-hari digunakan untuk memperbaiki ponsel pelanggan.
Pengumpul Virus
Dalam membangun Artav, Arrival dan Taufik melakukannya bersama-sama, termasuk dalam mengumpulkan database virus. Tapi secara umum, otak program ada di kepala Rival yang lebih banyak mengerjakan coding dan programming. Sedangkan Taufik yang saat ini duduk di kelas II SMA 25 Bandung berkonsentrasi di sisi interface dan desain tampilan.
“Pengembangan program sudah sering dilakukan. Mulai dari banyak error sampai penambahan fitur-fitur. Tapi kalau dari segi tampilan, kami melakukan tiga kali perubahan sampai akhirnya menemukan nama Artav,” kata Taufik yang mengerjakan hampir semua detail tampilan Artav.
Sementara Rival bertugas membangun program dari nol dengan menggunakan program Visual Basic yang dikuasainya secara otodidak. Selama setahun terakhir, Taufik dan Rival juga mengumpulkan database virus dari satu warnet ke warnet lain. “Virus itu kan biasanya beredar di warnet lewat internet dan flash disk,” kata Rival mengemukakan alasan pencarian virus lewat warnet.
Terlebih, lanjutnya, virus yang sulit dikenali dan dibasmi biasanya berasal dari virus lokal yang database-nya belum dimiliki program antivirus luar negeri. Jadi perburuan langsung ke lapangan merupakan cara paling efektif dalam membangun database virus, khususnya virus buatan programmer Indonesia.
Setiap pulang kerja, Rival menyempatkan mendatangi warnet-warnet di sekitar sekolah. Dia menghabiskan waktu dua jam di warnet, lalu melanjutkan penelitiannya di rumah hingga malam hari. Karena sering bolak-balik untuk mengumpulkan virus, beberapa penjaga dan pemilik warnet mengenalinya dan dengan senang hati membantunya.
“Kalau warnet yang sudah dikenal, saya biasanya nitip flash disk (untuk menampung file bervirus). Pulang sekolah flashdisk bervirus itu saya bawa pulang,” cerita Rival.
Dalam sehari, anggota forum gim online Nyit Nyit ini mampu mengumpulkan hingga 20 virus. Setelah terkumpul, virus itu dibawa ke rumah untuk diteliti dan diambil algoritma virusnya. Pekerjaan mengumpulkan dan mengecek virus juga dibantu oleh teman-teman kelasnya. Teman-temannya di komunitas Kaskus juga ikut membantu melakukan tes periodik virus-virus yang telah dikumpulkan.
Saat ini, antivirus Artav mampu mengidentifikasi dan mengatasi 1.031 jenis virus dan ratusan ribu varian lainnya. “Enam puluh persen database virus yang ada di Artav merupakan virus lokal,” kata Rival kepada Kompas.com, akhir minggu lalu.
Keluarga Sederhana
Melihat keberhasilan putra pertama dan kedua pasangan Herman Suherman dan Yeni Soffia ini dalam mengembangkan program antivirus Artav, sulit menduga keduanya berasal dari keluarga biasa yang tinggal di jalan Bojongsoang 72, Bandung, Jawa Barat. Untuk memenuhi kebutuhan harian, ayah mereka hanya mengandalkan penghasilan dari reparasi HP yang dibuka sejak tahun 2003. Sedangkan ibunya sehari-hari bekerja sebagai Kepala Sekolah TK.
“Sekarang buat makan saja tidak cukup. Apalagi untuk membiayai sekolah mereka,” kata Herman.
Meskipun berasal dari keluarga biasa, bakat mengolah komputer mereka dapat dari sang ayah yang lulusan STM Elektronika 2 Bandung (sekarang SMK 4). Sebelum kena PHK berjemaah, Herman pernah bekerja sebagai supervisor dan programmer panaset Panasonic di PT Inti. Maka tak mengherankan kalau kedua putranya sudah akrab dengan komputer sejak kecil.
“Taufik kenal komputer sejak kelas III SD. Kalau Arrival kelas I SD,” cerita Herman tentang bakat kedua putranya.
Dari keduanya, antusias Rival dalam mendalami program komputer terlihat lebih besar. Saat duduk di kelas III SD, dia sudah fasih mengoperasikan Windows. “Kelas V, Rival sudah mengotak-atik komputer. Dia juga sudah bisa merakit dan men-setup Windows sendiri,” tutur sang ayah.
Rival mengaku mendalami ilmu komputernya secara mandiri, dibantu bimbingan ayah dan dukungan ibunya. Selain mencari referensi di internet, Rival selalu mencatat judul-judul buku yang dibutuhkan untuk diserahkan ke ibunya. Setiap kali mendapat ‘daftar belanjaan’, sang ibu yang juga gemar membaca buku membelikan buku komputer dan antivirus untuk putranya di toko buku terdekat. “Kalau ada buku yang saya butuhkan, saya titip ke ibu dan minta dibelikan di toko buku,” ujar Rival.
Lewat upaya menuntut ilmu sendiri ini, Rival bisa membuat program sederhana seperti program pemutar musik MP3 dan Pelacak Virus (virus scanner) meskipun belum tamat SD. Saat duduk di bangku SMP, penggemar gim online ini terus mendalami kemampuannya menggunakan Visual Basic untuk membuat program-program dan kode gim.
Artav Premium
Saat ditanya hambatan yang sering dihadapi dalam membuat Artav, Taufik dan Rival dengan santai menyebut faktor mati lampu yang kerap membuatnya harus mengulang pekerjaan yang sudah disusun berjam-jam sebelumnya. Pencarian database virus juga merupakan tantangan tersendiri yang sampai saat ini masih terus disempurnakan.
“Saya juga belum begitu mengerti soal jaringan. Makanya mau banyak belajar soal internet security dengan Pak Onoo (Onno W Purbo),” tutur Rival menyebutkan kesulitan yang dihadapi.
Dengan kelebihan yang telah dibenamkan ke dalam Artav, baik Taufik maupun Rival optimistis program aplikasi ini akan menjadi nomor satu. Saat ini saja, Rival yang bercita-cita memiliki perusahaan sekaliber Microsoft sudah mendapat beasiswa sekolah dan hadiah laptop dari operator seluler XL sebagai salah satu bentuk dukungan. Pihak ITB sudah menyatakan kesediaannya membantu pengembangan program.
Ke depan, mereka berharap dapat merilis versi premium dengan keunggulan lebih dibandingkan aplikasi gratis yang saat ini sudah sampai versi 2.5.
Sumber :tekno.kompas

Minggu, 03 April 2011

ERASE, EROS, dan ERELT




ERASE, EROS, dan ERELT adalah robot-robot yang dikembangkan oleh INTRA (Groupe d'INTervention Robotique sur Accidents). Ketiga robot tersebut khusus dirancang untuk mengatasi kecelakaan nuklir.

ERASE memiliki berat 6 ton dan memiliki manipulator hidraulis yang kuat. Adapun EROS dikhususkan untuk operasi di dalam ruangan.

Sementara itu, ERELT merupakan robot radio relay yang bisa dikontrol dari jarak beberapa kilometer. Pengiriman robot ini dibatalkan karena Jepang mengatakan belum memerlukannya.



vivanews.com

510 Packbots dan 710 Warriors




Kedua robot tersebut dikembangkan oleh iRobot Corporation of Bedford di Massachusetts. Robot ini bisa bergerak lebih lincah daripada Monirobo.

Keduanya mampu menaiki tangga, bahkan Warrior mampu menarik selang. Kelemahan dua robot tersebut adalah tak memiliki lapisan pelindung radiasi.
















Vivanews.com

Rainbow 5



Robot ini merupakan robot pertama produksi Tokyo Fire Department. Diperkenalkan pada tahun 1986, robot ini sebenarnya merupakan robot penyemprot air dan digunakan saat situasi kebakaran terlalu berbahaya bagi manusia.

Robot ini membantu menyemprotkan air dengan selang sepanjang 800 meter langsung ke kolam bahan bakar bekas di reaktor nomor 3 selama 13 jam.



Vivanews.com

Monirobo (Monitoring Robot)



Monirobo didesain untuk bekerja di lingkungan dengan level radiasi yang terlalu tinggi bagi manusia. Robot seberat 600 kg ini memiliki lengan manipulator untuk menyingkirkan rintangan dan mengambil sampel.

Selain itu, robot ini juga dilengkapi detektor radiasi, kamera 3 dimensi, serta sensor temperatur dan kelembaban.

Robot setinggi 1,5 meter ini dikembangkan oleh Pusat Keselamatan Teknologi Nuklir Jepang dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang setelah peristiwa kecelakaan nuklir Tokaimura pada tahun 1999.

Mampu bergerak dengan kecepatan 2,4 km/jam, robot ini memiliki pelindung anti-radiasi yang diperlukan untuk melindungi sensor dan peralatan elektronik yang dimilikinya.



Vivanews.com

Jumat, 01 April 2011

Iklim di Indonesia


Iklim di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

http://Kangfiyan97.blogspot.com

Mesjid Raya Baiturahman




Gambar Masjid Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875
Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968)